Laporan Penelitian
Penelitian Banjir Jakarta Ditinjau Dari Segi Ilmu Geologi
Secara morfologi, Jakarta merupakan dataran yang di bagian Barat dibatasi oleh rangkaian perbukitan landai berupa batuan berumur Tersier (penulis menduga batas tersebut berupa sesar normal atau mendatar dengan arah Utara-Selatan dimana Dataran Jakarta turun terhadap blok Baratnya ; sedangkan di bagian Timur dibatasi oleh dinding sesar berarah Utara-Selatan di mana blok timur merupakan daerah berbukit landai ; serta ke selatan berbatasan dengan tinggian Bogor berupa batuan vulkanik tua berumur Tersier dan batuan vulkanik Kuarter (penulis menduga ini juga dibatasi sesar turun dengan arah Barat – Timur di mana Blok Jakarta turun terhadap Tinggian Bogor) ; sedangkan ke utara berbatasan dengan Laut Jawa. Sehingga secara morfologi, dataran Jakarta berbentuk seperti “sekop persegi” menurun ke arah utara yang berarti secara alamiah berpotensi banjir.
Banjir di Jakarta dapat terjadi apabila ada akumulasi antara curah hujan yang sangat tinggi ditambah dengan terjadi perubahan perubahan fungsi dari faktor-faktor komponen geologi antara lain perubahan penggunaan lahan (tata guna lahan) karena menambah volume “run off”, kemudian terjadinya gerakan tanah di bagian hulu sehingga dapat disusul oleh terjadinya sedimentasi yang berarti terjadi proses pendangkalan sungai di bagian hilir, kemudian perubahan morfologi berupa amblasan tanah atau penurunan tanah di beberapa tempat, kemudian terjadi kenaikan muka air laut. Dua komponen yang disebutkan terakhir menyebabkan air di daratan menjadi sangat lambat mengalir ke arah laut.
Penelitian ini difokuskan kepada penghitungan volume “run off” melalui keterkaitan antara luas jenis penggunaan lahan (dengan menggunakan aplikasi Peta Citra tahun 2003 dan 2013 yang diolah melalui perangkat lunak map info), dengan koefisien “run off” (untuk masing-masing jenis penggunaan lahan), serta curah hujan. Peningkatan volume “run of” pada tahun 2013 dibanding 2003 (sekitar 100 juta m³) terjadi akibat perubahan relatif banyak dalam hal lahan pemukiman (termasuk infra struktur) yaitu sekitar 100 juta m³. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan potensi banjir di Jakarta apabila curah hujan harian yang tinggi terjadi. Dengan demikian peningkatan pembangunan pemukiman termasuk infra struktur yang kurang disertai pembuatan resapan air merupakan salah satu penyebab yang signifikan bila ditinjau dari segi geologi.
Berdasarkan data debit curah hujan bulanan maksimum tahun 2003 – 2012, secara rata-rata terjadi pada bulan Januari atau Februari, dan secara rata-rata debit curah hujan harian maksimumnya untuk DAS Ciliwung sebesar 34,56 juta m³/hari, untuk DAS Pesanggrahan sebesar 11,96 juta m³/hari, dan untuk DAS Sunter sebesar 17,40 juta m³/hari. Jadi banjir besar Jakarta sangat berpotensi terjadi pada bulan Januari atau Februari dengan curah hujan hariannya di ketiga DAS tersebut melampaui nilai di atas secara bersamaan termasuk curah hujan harian di masing-masing DAS di seluruh Jakarta. Banjir Jakarta akan lebih parah apabila terjadi gerakan tanah di kawasan hulu seperti di Cibogo atau Cipayung yang tidak segera ditangani, serta terjadi amblasan di kota Jakarta.
Dengan demikian banjir Jakarta dapat diminimalisasi dengan menjaga agar perubahan tata guna lahan dikawasan Jabodetabek-punjur dengan memperhatikan Peta Koefisien Dasar Bangunan di daerah Jabodetabek yang memuat ketentuan perbandingan antara luas bangunan dengan luas halaman untuk menjaga penyerapan air hujan menjadi air tanah ; dan apabila terjadi longsor di Cibogo atau Cipayung harus segera ditangani atau dibersihkan untuk mencegah sedimentasi atau pendangkalan sungai di hilir sekaligus berarti mencegah banjir di Jakarta.
Pengketatan aturan dalam hal penyedotan Air Tanah di kota perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan tanah di beberapa tempat dan menyarankan pembuatan sumur resapan di daerah resapan (Kabupaten Bogor) dan di hilir (Jakarta).
Perlu dilakukan pengketatan aturan terhadap penduduk untuk mematuhi pengurangan komponen penyebab banjir di luar komponen geologi seperti pembuangan sampah ke sungai dan membuat TPS sampah yang berlokasi di pinggir atau bantaran sungai untuk mencegah terjadinya banjir di kota Jakarta.
Pengumpulan data yang lebih banyak seperti curah hujan harian dan komponen banjir terkait geologi akan sangat berguna dalam hal meminimalkan terjadinya banjir di Jakarta.
Tidak tersedia versi lain