Skripsi
EVALUASI PENANGANAN PIPA TERJEPIT PADA SUMUR A LAPANGAN B DI PT PERTAMINA EP ASSET 4 CEPU FIELD / 13411004 / Pemboran / PRD / 2017 (Diploma : IV)
Salah satu masalah pemboran yang akan dibahas kali ini yaitu Pipa Terjepit atau
Stuck Pipe. Pipa terjepit merupakan suatu masalah yang serius pada operasi
pemboran, terjadinya pipa terjepit dapat berpengaruh pada kenaikan biaya
operasional dan dapat mengakibatkan komplikasi permasalahan seperti kehilangan
rangkaian pipa pemboran atau bahkan kehilangan sumur. Yang dimaksud dengan
pipa terjepit yaitu suatu keadaan dimana rangkaian pipa pemboran sudah tidak
dapat digerakkan, baik diputar maupun diangkat. Pada saat terjadi pipa terjepit,
segala upaya pelepasan rangkaian pipa harus dilakukan dengan cepat. Analisa
masalah terjepitnya rangkaian pipa bor dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab terjepitnya rangkaian pipa bor, kronologi terjepitnya rangkaian pipa bor,
dan metode-metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini. Secara
umum, pipa terjepit dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu differential pipe
sticking, mechanical pipe sticking, dan key seatting. Terjadinya pipa terjepit secara
mekanikal disebabkan oleh hal-hal yang berupa mekanis seperti runtuhan (pack
off), pengembangan clay (swelling clay), atau geometri lubang (hole geometry atau
dog leg). Pipa terjepit secara differential disebabkan oleh perbedaan yang cukup
besar antara tekanan hidrostatis lumpur dengan tekanan formasi. Jenis jepitan yang
dialami pada sumur A diakibatkan karena adanya aliran balik pada saat sirkulasi
lumpur. Jenis jepitan yang terjadi yaitu Differential Pipe Sticking. Penyebab
terjadinya differential pipe sticking yaitu adanya perbedaan tekanan yang cukup
besar antara tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi pada lapisan yang
porous dan permeable, perbedaan tekanan yang terjadi yaitu sebesar 660 psia.
Perbedaan tekanan sebesar 660 psia disebabkan karena penggunaan lumpur dengan
densitas sebesar 12 ppg pada trayek 12 ¼ ”. Sehingga mempengaruhi besarnya
tekanan hidrostatik sebesar 3949 psi yang menyebabkan rangkaian drill string
khususnya HWDP menempel pada dinding formasi. Pada penggunaan densitas
lumpur sebesar 10,4 ppg, dapat meminimalisir terjadinya differential pipe sticking
karena perbedaan tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi cukup stabil,
dengan perbedaan tekanan sebesar 178 psia. Berdasarkan hasil pembacaan FPIT,
letak titik jepit terjadi pada kedalaman 7040 ft MD. Penentuan metode pelepasan
harus tepat dengan analisa lapangan yang ada agar didapatkan hasil yang optimal.
Kata kunci : lumpur, sifat reologi, kadar padatan
Tidak tersedia versi lain